Kemudian, perceived quality menurut Keller (2013) dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap kualitas keseluruhan atau keunggulan dari suatu produk atau jasa dibandingkan dengan yang lain. Dalam Durianto, Sugiarto, dan Budiman (2004), persepsi kualitas dapat dijabarkan dalam tujuh dimensi. Dimensi pertama adalah performance (kinerja), yaitu karakteristik pokok dari produk inti yang merupakan aspek fungsional dari suatu produk. Misalnya, karakteristik operasional mobil adalah kecepatan, akselerasi, sistem kemudi, serta kenyamanan. Kedua, dimensi servicability (kemudahan pelayanan) mencerminkan kemampuan pelayanan yang dapat diberikan atas suatu produk, misalnya menyediakan service 24 hours di seluruh kota. Dimensi ketiga, durability (daya tahan), mencerminkan umur ekonomis dari suatu produk. Misalnya, produk mobil merek tertentu yang biasa dikenal sebagai mobil tahan lama. Keempat, dimensi reliability (keandalan), dapat dikatakan sebagai karakteristik yang mencerminkan kemungkinan tingkat keberhasilan dalam penggunaan suatu produk. Pada dimensi kelima, features (fitur), memuat manfaat-manfaat tambahan, seperti penambahan fitur dari suatu produk. Penambahan menunjukan bahwa perusahaan memahami kebutuhan pelanggannya yang dinamis. Dimensi keenam, conformance with specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), bisa diartikan sebagai kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sesuai dengan keinginan konsumen. Ketujuh, dimensi Fit and Fitness mengarah pada kualitas yang dapat dirasakan oleh konsumen, yang melibatkan enam dimensi sebelumnya. Jika perusahaan tidak dapat menghasilkan produk (hasil akhir) yang baik, kemungkinan produk tersebut tidak akan mempunyai atribut kualitas lain yang penting. Oleh karena itu, sekarang sudah banyak digital agency yang menawarkan jasa pembuatan company profile untuk membantu mempromosikan perusahaan secara digital.
Ranjbarian, Sanayei, Kaboli, dan Hadadian (2012) mengatakan bahwa, brand image (citra merek) adalah modal intangible yang berharga dan sulit untuk ditiru dan dapat membantu organisasi untuk mencapai tujuan/kinerja yang berkelanjutan dan unggul. Menurut Keller (2008), ada faktor faktor yang mendukung terbentuknya brand image dalam keterkaitannya dengan asosiasi merek. Faktor pertama adalah strength of brand associations (kekuatan asosiasi merek), makin orang berpikir tentang informasi dari suatu produk dan hubungannya dengan pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen atas suatu brand yang sudah ada, menunjukkan bahwa brand tersebut merupakan brand yang sudah kuat. Faktor kedua, favorability of brand associations (keunggulan asosiasi merek); pemasar menciptakan asosiasi merek yang menguntungkan dengan meyakinkan konsumen bahwa merek perusahaan memiliki atribut yang relevan dan memberikan manfaat yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, sehingga konsumen dapat secara otomatis membentuk penilaian merek yang positif secara keseluruhan. Faktor ketiga, uniqueness of brand associations (keunikan asosiasi merek), berkaitan dengan suatu merek yang memiliki proporsi penjualan yang berkelanjutan dan memiliki keunggulan kompetitif ataupun nilai unik yang dapat dirasakan oleh konsumen.
Menurut Rocha (2012) ada 3 dimensi utama dalam website quality. Pertama, content quality, adalah dimensi utama dari kualitas website yang berfokus pada kualitas konten. Kedua, service quality, berkaitan dengan bagaimana kualitas dari layanan yang ditawarkan pada suatu website. Ketiga, technical quality, berfokus pada kualitas teknis dalam suatu website, seperti standard software yang digunakan, termasuk navigation map, path, search engine, download time of pages, browser compatibility, broken link, dan accessibility. Bahkan, saat ini sudah banyak perusahaan yang menggunakan digital agency yang menawarkan jasa pembuatan company profile untuk membuatkan websitenya.